Minggu, 09 Oktober 2011

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEHIDUPAN PRIBADI


PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEHIDUPAN PRIBADI
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Dalam kesempatan ini, saya akan membahas tentang pengaruh lingkungan sekitar terhadap kehidupan pribadi seorang manusia. Setiap manusia pasti memiliki kehidupan yang beragam, unik dan memiliki ciri-ciri khusus. Pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, dan kemampuan intelektual yang terpadu secara integrativ dengan faktor lingkungan kehidupan. Pada awal kehidupannya dalam rangka menuju pola kehidupan pribadi yang lebih mantap, Seorang individu berupaya untuk mampu mandiri, dalam arti mampu mengurus diri sendiri sampai dengan mengatur dan memenuhi kebutuhan serta tugasnya sehari-hari. Karena manusia termasuk ke dalam makhluk sosial, mereka tidak bisa hidup sendirian dan harus berdampingan dengan orang lain. Untuk menuju pola kehidupan pribadi yang lebih mantap, juga tidak bisa dicapai dengan sendirinya. Harus ada individu lain yang mempengaruhinya sehingga terbentuk kepribadian yang tertanam di dalam hatinya.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai pengalaman, Karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Seseorang individu, pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Sesuai dengan tugas keluarga dalam melaksanakan misinya sebagai penyelenggara pendidikan yang bertanggung jawab, mengutamakan pembentukan pribadi anak. Dengan demikian, faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya. Perkembangan anak yang menyangkut perkembangan psikofisis dipengaruhi oleh : status sosial ekonomi, fisafat hidup keluarga, dan pola hidup keluarga seperti kedisiplinan, kepedulian terhadap kesehatan, dan ketertiban termasuk ketertiban menjalankan ajaran agama.
Contohnya ketika dalam keluarga terdapat hanya 1 anak, mereka seharusnya tidak memanjakan anak tersebut karena kedepannya akan tertanam sifat manja dan tidak mau berusaha karena keinginannya sudah terkabulkan sejak kecil. Juga tidak akan menumbuhkan rasa tanggung jawab kedepannya.
Karena lingkungan mempengaruhi kepribadian individu maka sejak kecil sebaiknya suatu keluarga mendidik anaknya tersebut dengan sifat – sifat yang baik sehingga kedepannya akan terbentuk kepribadian yang baik pada masing – masing individu.
Namun, tidak selamanya orang tua bisa memantau perilaku anak-anaknya, apalagi ketika anaknya sedang di luar rumah. Ini lah lingkungan yang paling berbahaya. Bila kita tidak mempunyai keteguhan hati yang kuat, maka kita akan mudah terjerumus ke dalam lingkungan yang negative. Subjek yang paling berbahaya dalam hal ini adalah remaja. Secara psikologis remaja telah cukup mampu untuk memikul tanggung jawab dan hidup mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi tidak semua remaja siap menghadapi kondisi masyarakat yang terus berkembang sehingga mereka belum memiliki konsep kehidupan masa depan. Hal ini akan berakibat mereka akan tampak tidak memiliki pendirian dan mengalami kesulitan memilih jenis pekerjaan serta tergantung kepada kelompok.
Lingkungan dapat membuat individu sebagai makhluk social. Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.
Maka dari itu, persiapkan diri Anda sebelum Anda benar-benar menghadapi lingkungan social. Siapkan iman dan keteguhan hati agar Anda tidak terjerumus dalam pergaulan yang negative. Semoga artikel ini memberikan manfaat baik untuk pembaca maupun untuk saya pribadi.


Sumber :








PENALARAN INDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF

Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Misalnya pada pengamatan atas logam besi, alumunium, tembaga dan sebagainya. Jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan bertambah panjang. Biasanya penalaran induktif ini disusun berdasarkan pengetahuan yang dianut oleh penganut empirisme.
Beberapa definisi Penalaran menurut para ahli:
  • Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
  • Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
  • Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
Penalaran terdiri dari dua macam, yaitu:
  • Penalaran Induktif
  • Penalaran Deduktif.
Secara formal, induktif dapat dibatasi sebagai proses bernalar untuk mengambil suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum maupun khusus berdasarkan pengamatan atau hal-hal khusus.
Penalaran Induktif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Generalisasi
Proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tersebut.
Generalisasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Loncatan induktif:
fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
2. Tanpa loncatan induktif:
fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh 1 Generalisasi:
·        Chelsea Olivia adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
·        Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Contoh 2 Generalisasi:
Semua bintang sinetron berparas cantik. Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.

Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
2. Analogi
Proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk satu hal berlaku juga untuk hal lain.
Tujuan dari Analogi adalah:
  • Meramalkan kesamaan
  • Menyingkapkan kekeliruan
  • Menyusun sebuah klasifikasi.
Contoh 1 analogi:
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Contoh 2 analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
3. Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Hubungan kausal dapat terjadi dalam tiga pola:
  • Sebab ke akibat : mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang sudah diketahui, kemudian bergerak maju menuju pada kesimpulan sebagai akibat yang terdekat.
  • Akibat ke sebab : suatu proses berpikir yang bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian bergerak menuju ke sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tersebut.
  • Akibat ke akibat : suatu proses penalaran yang bertolak dari suatu akibat menuju akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.
Contoh Kausal :
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.

Sumber: